Contoh Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) IPS SD Kelas 6

LAPORAN PTK : UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS KELAS VI SD CURUG GANJUR MELALUI PENERAPAN  STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT


BAB I   PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang Masalah
Proses pendidikan disekolah diantaranya adalah melalui  proses pembelajaran. Dalam menjalankan tugas pendidikan di sekolah Guru  mempunyai peran  yang  utama dalam  melaksanakan dan menyajikan sebuah program pembelajaran yang  efektif dan efisien.  Proses pembelajaran yang efektif dan efisien dapat terlaksana jika persiapan guru matang dan terprogram dengan maksimal.  Dengan pembelajaran yang efektif dan efisien diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik. 

Seperti halnya disekolah lain pada umumnya,  guru berupaya untuk meningkatkan hasil belajar para siswa, karena seringkali guru mengeluh hasil penilaian pembelajaran  tidak begitu menggembirakan atau selalu dibawah ketuntasan yang diharapkan sekolah.  Demikian halnya dengan materi pelajaran IPS kelas VI dengan topik Perkembangan Adminsitrasi Pemerintahan di Indonesia seringkali dikeluhkan oleh para siswa sebagai materi yang berat, karena begitu banyakbahan yang harus difahami dan dihafalkan karena  kondisi materi tidak dapat diperlihatkan secara langsung atau materi kajian berupa informasi sejarah perkembangan yang bersifat teori. Selain itu pula kondisi diperparah dengan kurangnya alat peraga, buku sebagai sumber belajar sehingga pembelajaran tidak menarik, sehingga  siswa kurang termotivasi untuk lebih aktif dan siap belajar.  Kecenderungan kondisi diatas berdampak pula pada pembelajaran IPS sehingga akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
Melihat perkembangan hasil belajar materi pelajaran IPS kelas VI dengan topik Perkembangan Adminsitrasi Pemerintahan di Indonesia di SD Curug Ganjur melalui pengamatan dan diskusi antara beberapa orang guru dan kepala sekolah hampir setiap tahun diperoleh rata-rata kelas selalu dibawah 60 atau dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah dan bahkan hasil ujian sekolah pun ada dibawah rata-rata nilai IPA.   Para siswa  seringkali tampak kurang bersemangat dan bergairah dalam pembelajaran dan tampak kesulitan untuk lebih memahami setiap kali guru akan membahas topik Perkembangan Adminsitrasi Pemerintahan di Indonesia. Hanya ada beberapa siswa saja yang selalu konsentrasi dan siap dalam mempelajari materi pelajaran yang bersifat hafalan seperti pada topik ini, siswa lain hanya mampu diam atau bagi siswa yang aktif bahkan seringkali melakukan hal-hal yang mengganggu teman lainnya dalam belajar,  sehingga proses pembelajaran seringkali tidak kondusif dan kacau. Setelah ditelusuri ternyata siswa merasa takut terhadap pelajaran yang bersifat hafalan serta cemas dengan nilai IPS yang akan diperoleh.  Siswa merasa bahwa pembelajaran mata pelajaran  IPS dengan topik Perkembangan Adminsitrasi Pemerintahan di Indonesia merupakan materi sulit dan tergantung kepada penjelasan dari guru.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kondisi tersebut terjadi. Faktor – faktor tersebut diantaranya adalah pelaksanaan pembelajaran yang kurang melibatkan siswa secara aktif yang memungkinkan dapat terjadi kerjasama antara siswa satu sama lain karena tingkat kecerdasan yang tidak merata dalam satu kelas,  ada siswa yang pintar, siswa yang sedang dan siswa yang dibawah serta pemanfaatan sumber belajar yang belum optimal. Pembelajaran seringkali dilakukan dengan ceramah dan siswa sangat terbiasa dengan hal tersebut yang menyebabkan siswa menjadi pasif dan sangat tergantung kepada guru, karena tidak terlatih berinisiatif untuk berbuat sesuatu seperti menemukan, mengembangkan dan menyampaikan ide/ gagasannya baik dalam berinteraksi dengan siswa lain maupun guru Faktor lain adalah kurang terencananya pemberian tugas-tugas terstruktur dan kurang adanya kontrol guru terhadap tugas-tugas yang dilaksanakan oleh siswa .  Tugas terstruktur merupakan tugas yang melatih siswa untuk mengembangkan atau menerapkan konsep-konsep yang dipelajari dikelas. Tugas-tugas yang diberikan oleh guru langsung dikumpulkan saja.
Untuk itu dalam mencermati situasi yang ada dalam  pembelajaran tersebut  seorang guru harus pandai memilih dan menentukan strategi pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan meningkatnya hasil belajar dengan mengelola situasi belajar agar lebih kondusif dengan memanfaatkan kepintaran beberapa siswa untuk dapat berbagi kepada siswa lainnya sehingga seluruh siswa dapat berperan aktif dalam belajar.  Salah satu bentuk alternatif tersebut adalah  menggunakan strategi pembelajaraan kooperatif (Cooperative learning) dengan model Number Head Together (NHT) pada penelitian tindakan kelas PTK ini guna meningkatkan hasil belajar siswa.

1.2. Identifikasi Masalah   
Dari latar belakang yang telah diungkapkan terdapat fakta yang dapat  diidentifikasi  sebagai berikut :
Rendahnya hasil belajar  siswa dalam mempelajari sistem adminsitrasi pemerintahan di Indonesia yang disebabkan oleh banyaknya bahan pembelajaran yang harus dihafalkan, terbatasnya alat peraga dan buku sumber serta pelaksanaan pembelajaran yang kurang melibatkan siswa karena pembelajaran seringkali menggunakan metode ceramah sehingga siswa kurang terlibat aktif.

1.3. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah sebagaimana diuraikan diatas terdapat sejumlah faktor untuk meningkatkan hasil belajar siswa.  Mengingat besarnya  permasalahan untuk meningkatkan hasil belajar, dalam penelitian ini akan dibatasi pada masalah penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan hasil belajar IPS.
Berdasarkan pembatasan  masalah terserbut, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan  sebagai berikut :
1.  Bagaimanakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk menningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan sosial dengan topik perkembangan sistem administrasi di Indonesia ?
2.         Apakah pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan sosial dengan topik perkembangan sistem administrasi di Indonesia ?

1.4.  Pemecahan Masalah
Inovasi pembelajaran yang dapat diimplementasikan untuk  memecahkan masalah bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan topik Sistem Adminsitrasi di Indonesia diantaranya  diberi perlakuan dengan strategi pembelajaraan kooperatif tipe NHT.  Dengan strategi ini diharapkan para siswa dapat bekerja sama dalam kegiatan diskusi dalam menambah pengetahuan  secara berkelompok. NHT adalah salah satu teknik dalam pembelajaran kooperatif.  Teknik ini telah berkembang diberbagai negara dan mengalami kesuksesan , namun di Indonesia teknik ini belum banyak digunakan sehingga melalui penelitian ini diharapkan memperkaya khasanah guru dalam inovasi pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif menganut pandangan konstruktivistik.  Dalam pembelajaran konstruktivistik, siswa perlu untuk menkonstruksi pengertiannya sendiri terhadap konsep-konsep IPS, sehingga peran utama guru bukan mengajar, menjelaskan atau mentransfer pengetahuan tetapi mengkreasikan siutuasi yang mendorong siswa membangun struktur mental yang diperlukannya.  Pembelajaran kooperatif  merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana pembelajaran terpusat pada aktivitas siswa.  Karakteristik pembelajaran kooperatif adalah siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dengan tingkat kemampuan yang berbeda atau heterogen, menggunakan berbagai kegiatan untuk meningkatkan pemahaman terhadap suatu materi, kemudian antar anggota kelompok dapat saling membantu untuk memahami konsep, sehingga tercipta interaksi untuk meningkatkan hasil belajar.
Number head together (NHT) adalah salah satu teknik dalam pembelajaran kooperatif.  Didalam NHT, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa dan masing-masing siswa diberi nomor diri untuk bekerja dalam kelompok.  Dalam proses diskusi kelas digunakan nomor diri untuk pemanggilan secara acak sehingga seluruh anggota harus siap mendapat giliran dan skor diberikan skor kelompok. Diakhir pembelajaran kelompok yang memperoleh skor tertinggi diberi penghargaan agar dapat memacu dalam belajar.
1.5.  Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.         Untuk mengetahui efektifitas  strategi pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan sosial dengan topik perkembangan sistem administrasi di Indonesia.
2.         Untuk mengetahui prosedur strategi pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS.

1.6.  Manfaat Hasil Penelitian
          Manfaat penelitian yang diharapkan  :
1. Bagi Guru
:
Melalui PTK ini guru dapat mengetahui  pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil  pembelajaran.
2. Bagi Siswa
:
Meningkatkan  hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS, melalui pembelajaran koperatif tipe NHT.
3. Bagi Sekolah
:
Hasil penelitian ini diharapkan membantu memperbaiki proses dan hasil pembelajaran IPS di sekolah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1.  Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi pembelajaran yang memiliki karakteristik adanya kerja sama kelompok, memiliki peran dan tanggung jawab masing-masing untuk kelompok, dengan karakteristik utama adalah team reward (penghargaan kelompok), tanggung jawab individu, dan kesempatan yang sama untuk sukses. (Anita Lie, 2002 )
Pembelajaran kooperatif merupakan gabungan teknik instruksional dan filsafat mengajar yang mengembangkan kerjasama antar siswa untuk memaksimalkan pembelajaran siswa sendiri dan belajar dari temannya (Killen, 1998 dalam Poppi K. Devi, 2007).  Dari definisi ini ada dua komponen penting dalam pembelajaran kooperatif yaitu bekerja sama dalam kelompok atas dasar tugas dan bekerja sama atas dasar latar belajar siswa.
Strategi pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang tertuang dalam kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih. (Killen, 1998 dalam Poppi K. Devi, 2007 ).
Karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan Slavin (1995), yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.
1.    Penghargaan kelompok
pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok.  Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor diatas kriteria yang ditentukan.  Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam
menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.
2.    Pertanggungjawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok.  Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar.  Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas – tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.
3.    Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu, dengan menggunakan skoring ini setiap siswa sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.

Salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif  adalah Number Head Together (NHT). Teknik Belajar  Number head together (NHT) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992).
Langkah-langkah kegiatan dalam  NHT :
1.    Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2.    Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
3.    Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya.
4.    Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
5.    Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6.    Kesimpulan.  (Indrawati, 2007)
Penjelasan  tipe ini, siswa dibagi  menjadi beberapa kelompok dan setiap anggota kelompok diberi nomor kepala. Selanjutnya di setiap kelompok dilakukan diskusi untuk menjawab permasalahan atau untuk melakukan suatu kegiatan.  Dari hasil kegiatan tersebut guru mengundi nama kelompok dan nomor anggota kelompok yang harus menjawab pertanyaan atau mempresentasikan kegiatan.  Berkaitan dengan hal ini, maka setiap anggota kelompok dituntut untuk bekerja sama karena jawaban atau presentasi dari perwakilan anggota kelompok akan menjadi generalisasi kemampuan atau nilai kelompok.
Menurut Anita Lie (2002) prosedur teknik number head together adalah saat pemanggilan siswa untuk menjawab atau melakukan sesuatu yang dIpanggil adalah nomor kepala dari salah satu kelompok secara acak. Hal ini akan menyebabkan semua siswa harus siap. Dan penghargaan diberikan jika jawaban benar untuk nilai kelompok. Teknik ini memberikan kesempatan kepada semua siswa dalam kelompok untuk saling memberikan ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat,  mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.
Menurut Bobbi De Porter (2001) siswa akan belajar paling baik  dalam lingkungan kerja sama.  Belajar yang menekankan pada kerja sama diantara sesama siswa dalam suatu komunikasi belajar dapat lebih menggairahkan.
2.2.    Hasil Belajar
Dalam konsep belajar menurut  Wina Sanjaya (2000) ada dua pendapat. Pendapat pertama menyatakan bahwa belajar dianggap sama dengan menghafal, dengan karaktristik : (1) menambah sejumlah pengetahuan; (2) mengembangkan kemampuan intelektual; (3) belajar adalah hasil bukan proses. Pendapat kedua belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan  seperti didalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.
Berdasarkan pendapat pertama keberhasilan belajar diukur oleh hasil belajar, dengan mengetahui banyaknya informasi yang didapat dan kemampuan mengungkapkan informasi atau pengetahuan yang ditentukan pula oleh kecepatan dan ketepatannya.
Hasil belajar adalah segala sesuatu yang diharapkan (perubahan) setelah seseorang belajar, bisa berupa penguasaan konsep, keterampilan atau sikap.  Hasil belajar siswa ini dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya oleh faktor guru.  Diantara sekian banyak faktor guru dinataranya adalah metoda atau model pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Dalam konteks pembelajaran, target hasil belajar dapat diukur dari aspek-aspek pengetahuan, penalaran, keterampilan, produk, dan afektif. Sedangkan menurut Taksonomi Bloom tujuan pembelajaran dalam hal ini adalah hasil belajar diukur dalam tiga aspek, yaitu Kognitif, Afektif, dan Psikomotor.  Kawasan kognitif meliputi tujuan pendidikan (hasil belajar) yang berkenaan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan berpikir yang terdiri  enam jenjang kamampuan : pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi (Bloom dalam Situmorang.2005).  Aspek afektif meliputi hasil belajar yang berkenaan dengan minat, sikap dan nilai serta pengembangan pengharagaan dan penyesuaian diri (Krathwohl, Bloom dan Masia dalam Situmorang. 2005).  Sedangkan aspek Psikomotor berkenaan dengan otot, keterampilan motorik, atau gerak yang membutuhkan koordinasi Otot  
Bentuk dan tipe hasil belajar menurut Nana Sujana (2001) belajar dapat dilihat: (1)  sebagai proses; (2) sebagai hasil, dan (3) sebagai fungsi.  Sedangkan menurut Howard Kingsley dalam Nana Sudjana  hasil belajar berupa : (1) Keterampilan dan Kebiasaan ; (2) Pengetahuan dan pengertian; (3) Sikap dan cita-cita.
Pada pembelajaran konvensional guru menjadi pusat sumber belajar, dimana siswa hanya menerima informasi dari guru (pasif), sedangkan pada model pembelajaran kooperatif, khususnya tipe NHT pembelajaran berpusat pada siswa.  Dalam hal ini siswa dengan cara berkelompok, aktif untuk menemukan informasi. Karena penguasaan konsep ini diperoleh dengan cara menemukan sendiri, maka siswa belajar lebih bermakna.
Proses pembelajaran merupakan salah satu bagian dari rangkaian kegiatan dalam proses pendidikan di sekolah, yang diawali dari perencanaan dan diakhiri dengan evaluasi atau penilaian.  Apa yang diharapkan dari hasil akhir proses pembelajaran yang dilakukan melalui evaluasi proses pembelajaran adalah hasil belajar siswa yang tertuang dalam tujuan pembelajaran yang diharapkan dalam perencanaan pembelajaran menguasai komptensi-kompetensi yang tertuang dalam kurikulum yang berlaku saat ini. Hasil belajar dapat diukur dengan berbagai cara: seperti prose bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, tes dan lain-lain.


BAB III METODE PENELITIAN
3.1.  Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD N Curug Ganjur tahun pelajaran 2008/2009 dan guru model.  Dalam hal ini guru model adalah sekaligus peneliti.  Objek penelitian ini adalah kegiatan selama pembelajaran dan hasil belajar siswa. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan.


3.2.  Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan langkah penelitian terdiri dari : perencanaan (Planning), pelaksanaan (Acting), Pengamatan (Observing) dan refleksi (Reflecting)  (Arikunto. 2006)
1.    Perencanaan
Perencanaan merupakan tindakan awal dari setiap siklus, secara terinci, langkah-langkahnya sebagai berikut :
Tahap perencanaan : yaitu guru  mengusulkan permasalahan yang timbul dari pembelajaran yang biasa dilakukan dikonsultasikan dan dibahas bersama teman sejawat kemudian dengan guru senior.  Setelah disepakati permasalahannya, disusun rancangan Rencana pembelajaran yang akan ditampilkan dengan strategi yang diusulkan. Kemudian membahas urutan langkah-langkah / urutan strategi yang diusulkan dalam laporan ini. Dan menyusun lembar observasi yang tepat untuk pengamatan.
2.    Pelaksanaan
Dalam tahap ini dilaksanakan pemecahan masalah sebagaimana yang telah dirancangkan  yaitu menggunakan teknik NHT dalam pembelajaran .  Materi yang diberikan tindakan adalah aspek perkembangan wilayah Indonesia,  Kenampakan Alam dam keadaan sosial negara-negara di Asia Tenggara serta benua-benua.
3.    Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksananan  pembelajaran baik terhadap proses tindakan, efek tindakan maupun terhadap hasil tindakan yang dilakukan.  Observasi juga dilakukan terhadap seberapa jauh tindakan yang dilakukan yang membantu pencapaian tujuan yang direncanakan.
kegiatan observasi  ini dilakukan oleh supervisor yang diminta oleh guru peneliti, yang bertugas mengamati perkembangan dalam pembelajaran tersebut. Kemudian mencatat hal – hal penting yang terjadi selama pembelajaran  dengan tekanan / fokus pengamatan pada diskusi kelompok dan diskusi kelas.
Tabel 3.1 Lembar Pengamatan Diskusi

No

Kelompok
No Diri siswa yang  menjawab/menanggapi
Jumlah
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
A










2
B










3
C










4
D










5
E










6
F










7
G










8
H










Keterangan :  cara pengisian : menggunakan talli pada setiap nomor yang melakukan aktivitas
4.    Refleksi dilakukan untuk melakukan penilaian terhadap proses yang terjadi, masalah yang muncul , dan segala yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan. Pelaksanaan refleksi oleh peneliti utnuk mengevaluasi hasil tindakan dan merumuskan perencanaan tindakan berikutnya.

3.3.  Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh data yang menjawab rumusan masalah penelitian.  Untuk memperoleh data penelitian tersebut disusun instrumen penelitian berdasarkan :
1.  Pengamatan
Instrumen yang digunakan selama pengamatan adalah lembar pengamatan yang berisi kisi-kisi pengamatan agar pencatatan pengamatan lebih sistematis.  Dalam penelitian ini akan dilakukan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan teknik NHT.  kisi-kisi pengamatan pelaksanaan pembelajaran disusun berdasarkan prinsip pada pembelajaran dengan menggunakan teknik NHT meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan hal-hal menonjol yang muncul selama proses pembelajaran. Dalam lembar pengamatan ini, disediakan dua alternatif jawaban yaitu ”ya” jika kegiatan dilaksanakan ” tidak” jika kegiatan tidak dilaksanakan.  Selain itu, pengamat disediakan tempat untuk membuat catatan pengamatan untuk merekam kejadian yang tidak terduga. 

2.  Tes
Tes digunakan untuk menilai keterserapan materi selama pembelajaran oleh siswa.  Materi tes mengacu pada materi yang sedang dipelajari oleh siswa.  Tes dilakukan berupa pre-test dan post test. Pre test dilaksanakan pada kegiatan awal  pembelajaran berjalan dalam waktu 10 menit dan post test dilaksanakan dalam kegiatan akhir belajar  dalam waktu 10 menit. 
Penilaian tes disesuaikan dengan bobot soal, dengan skor maksimal tes 100 dan skor minimal 0.

3.  Dokumentasi 
Dokumen kegiatan adalah dokumen yang digunakan selama penelitian  yaitu nilai tes, hasil pekerjaan siswa dan dokumen nilai peningkatan siswa.

4.  Angket
Angket yang digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan NHT digunakan angket dengan dua alternatif jawaban yaitu ”ya” jika sesuai pernyataan ” tidak” jika kegiatan tidak sesuai dengan  pernyataan terhadap pembelajaran adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2 Angket Sikap Siswa terhadap NHT
No.
Indikator
Nomor Butir
1
Senang mengikuti pembelajaran
1
2
Sulit memahami materi
2
3
Tertantang dengan tugas yang diberikan
3
4
Diskusi kelompok bermanfaat
4
5
Waktu pembelajaran lama
5

5.  Wawancara
Untuk melengkapi informasi mengenai pelaksanaan pembelajaran perlu dilakukan wawancara.  Wawancara dalam hal ini adalah untuk cross check apabila ada hal-hal yang tidak dapat atau kurang jelas diamati pada saat observasi maupun hasil angket.

3.4.  Data dan Teknik Analisis Data
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari siswa.
Hasil penelitian digambarkan dengan  menganalisis data menggunakan triangulasi data, yaitu dengan membandingkan peningkatan perolehan nilai siswa yang tergambar dari data pre dan post test dengan langkah sebagai berikut :
1.    Menghitung nilai peningkatan siswa berdasarkan nilai pre test dan post tesnya.
2.    Menghitung peningkatan rata-rata peningkatan siswa dalam satu kelas .
Keberhasilan tindakan yaitu peningkatan hasil belajar siswa dalam penelitian ini diukur berdasarkan ketuntasan belajar siswa.  Ketuntasan siswa dilihat dari nilai tes yang diperoleh siswa pada awal atau akhir pembelajaran.  Indikator ketuntasan hasil belajar siswa berdasarkan kriteria ketuntasaan belajar minimal (KKM)  sebagai berikut :
a.  Siswa telah tuntas  jika telah mencapai nilai 60.
b.  Kelas telah belajar tuntas jika terdapat 75 % siswa telah mencapai nilai 60 .
Untuk menganalisis  data keterlaksanaan pembelajaran dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran digunakan teknik kualitatif (deskriptif).
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.  Hasil Penelitian
A. Kondisi Ruang Kelas
Kelas VI sebagai tempat penelitian memiliki sarana sebagai faktor pendukung keberhasilan pembelajaran diantaranya kelas cukup tertata rapi dengan jumlah maksimal  40 siswa.  Kursi meja cukup dan dapat disesuaikan untuk mengubah tempat duduk pada saat diskusi kelas maupun diskusi kelompok.  Dinding cukup luas dan dapat digunakan untuk menempelkan gambar-gambar pendukung belajar serta jendela cukup sehingga sirkulasi udara dan cahaya dapat keluar masuk dengan baik.

B. Karakteristik Siswa Sasaran
Kondisi siswa berdasarkan jenis kelamin terdiri dari :
Tabel 4.1 Kondisi Siswa
No.
Jenis Kelamin
Jumlah
Prosentase
1.
Laki-Laki
16
41 %
2.
Perempuan
23
59 %

Jumlah
39

Kegiatan belajar siswa berlangsung setiap hari sejak pukul 07.00 sampai 12.15 WIB, untuk mata pelajaran  IPS alokasi waktu 3 jam per minggu dan berlangsung setiap hari Rabu.

C.  Pra Penelitian Tindakan
Sebelum pembelajaran dilaksanakan, guru menjelaskan kepada siswa mengenai teknik NHT dan cara penilaian yang digunakan kepada siswa, guru juga mengumumkan pembagian kelompok dan sikap- sikap yang harus dikembangkan oleh siswa selama berdiskusi dalam pembelajaran kooperatif dengan teknik NHT. Pembagian kelompok seperti tercantum dibawah ini :

Kelompok A
Kelompok B
1.
AB
1.
BA
2.
AC
2.
BB
3.
AD
3.
BC
4.
AE
4.
BD


5.
BE


Kelompok   C
Kelompok  D
1.
CA
1.
DA
2.
CB
2.
DB
3.
CC
3.
DC
4.
CD
4.
DD
5.
CE
5.
DE


Kelompok  E
Kelompok  F
1.
EA
1.
FA
2.
EB
2.
FB
3.
EC
3.
FC
4.
ED
4.
FD
5.
EE
5.
FE


Kelompok  G
Kelompok H
1.
GA
1.
HA
2.
GB
2.
HB
3.
GC
3.
HC
4.
GD
4.
HD
5.
GE
5.
HA

Penjelasan cara penyusunan kelompok :
·        Menentukan ketua kelompok berdasarkan rangking sebanyak 8 orang .
·        Sisanya berhitung dari 1 sampai 8 laki-laki dahulu sampai habis kemudian dilanjutkan siswa wanita.
·        Nomor yang disebutkan adalah nomor yang merupakan kelompoknya.
·        Siswa bergabung sesuai dengan kelompoknya.

D.  Pelaksanaan Siklus 1
1.  Perencanaan
Pada tahap ini kompetensi dasar yang akan dikuasai siswa adalah mendeskripsikan perkembangan sistem administrasi  Indonesia. Dengan Indikator :
1.1.1.  Menjelaskan luas daerah wilayah Indonesia
1.1.2.  Mengidentifikasi wilayah administrasi Indonesia
Secara garis besar rencana tindakan yang akan diberikan pada   Siklus 1 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3.  Rencana Tindakan Siklus 1
No.
Tahapan Kegiatan
Waktu
Kegiatan
1.





2.
Kegiatan Awal/Pendahuluan


(10 menit )





(10 menit)
·        Salam
·        Apersepsi dengan tanya jawab
·        Motivasi
Guru memimpin menyanyikan lagu ”dari sabang sampai merauke”.
·        Pre Test
3.


4.






5.


6.






















Kegiatan inti:

(60 menit)

-      Penjelasan singkat tentang materi perkembangan system administrasi Indonesia
-      Kemudian guru membagi kelas dalam 8  kelompok (5 peserta didik tiap kelompok). Adapun cara pengelompokkan secara acak dan merata baik siswa laki maupun perempuan maupun yang cerdasnya.
-      Setelah berkelompok, membahas lembar diskusi yang telah disiapkan oleh guru.
-      Diskusi kelas dengan cara pemanggilan nomor diri dari tiap anggota kelompok.
Saat penunjukkan anggota kelompok dilakukan dengan menyebutkan/ memanggil  nomor diri yang terdapat ditiap-tiap kelompok masing-masing. Seperti untuk kelompok satu silahkan bacakan hasil studi pustakanya tentang tenaga kerja dn seterusnya.
Saat diskusi kelas dipandu oleh guru membahas soal-soal yang terdapat dalam lembar diskusi dilakukan seperi cara diatas.Dan setiap jawaban benar diberi penghargaan skor dan dicatat sebagai skor kelompok masing-masing. Dan pembagian soal dibuat sesuai dengan jumlah kelompok siswa.
7.





8.
Kegiatan Akhir/ Penutup



( 15 Menit)





(10 Menit)
·        Kelompok yang mempunyai nilai tertinggi diumumkan dan diberi pujian.
·        Membuat rangkuman
·        Memberi penguatan tentang materi yang telah diajarkan
·        Siswa mengikuti  Post Test
·        Penugasan

2.  Pelaksanaan Tindakan
a.  Tahap Pembukaan  (20 Menit)
Pelaksanaan pembelajaran dimulai dengan bernyanyi bersama dengan judul lagu ” Dari Sabang sampai Merauke” kemudian dilanjutkan presentasi kelas oleh guru, Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa.  Guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan materi dengan contoh kehidupan sehari-hari.  Kemudian menjelaskan sistem penilaian dan mempersiapkan untuk test awal. Kemudian dilanjutkan dengan mempersilahkan bergabung dengan kelompoknya sesuai yang telah ditentukan sebelumnya.

b.  Kegiatan Inti (60 Menit)
Siswa diberi penjelasan tentang materi secara sepintas, kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelompok membahas lembar diskusi yang telah disiapkan oleh guru dalam waktu 20 menit.  Kemudian selama 40 menit siswa dibimbing oleh guru untuk berdiskusi membahas hal – hal yang berkaitan dengan materi diskusi dengan cara NHT. Yaitu dengan cara guru melemparkan pertanyaan kepada tiap kelompok dengan memanggil nomor diri dari masing-masing kelompok yang tergambar sebagai berikut :
Tabel 4.4. Daftar Sebaran Siswa yang Menjawab

No

Kelompok
No Diri siswa yang  menjawab/menanggapi
Jumlah
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
A

V

V


1

1

2
B


V

V


1

1
3
C
V


V

1


1

4
D

V


V

1


1
5
E

V
V



1
1


6
F
V


V

1


1

7
G

V


V

1


1
8
H
V

V


1

1



Setiap jawaban benar diberi skor  dan nilai perolehan kelompok terpampang di papan tulis.
c.  Kegiatan Penutup (25 menit)
Pada tahap ini guru menutup kegiatan dengan membuat rangkuman dan memberi penguatan pada materi yang  sudah dipelajari dan kelompok yang memperoleh nilai tertinggi diberi pujian.  Kemudian siswa mempersiapkan untuk test akhir secara individu tertulis selama 10 menit , dan terakhir guru memberi tugas untuk pertemuan minggu depan.
3.  Observasi
Hasil  perolehan pre test  pada siklus 1 dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 4.5. Daftar Nilai Pre Test Siklus 1
No
Nama
Kelompok
Nilai Pre - Test
1.    
AB
A
20
2.    
AC
A
20
3.    
AD
A
20
4.    
AE
A
30
5.    
BA
B
40
6.    
BB
B
30
7.    
BC
B
20
8.    
BD
B
20
9.    
BE
B
30
10.     
CA
C
30
11.     
CB
C
20
12.     
CC
C
30
13.     
CD
C
10
14.     
CE
C
20
15.     
DA
D
20
16.     
DB
D
10
17.     
DC
D
20
18.     
DD
D
20
19.     
DE
D
20
20.     
EA
E
10
21.     
EB
E
20
22.     
EC
E
30
23.     
ED
E
20
24.     
EE
E
20
25.     
FA
F
20
26.     
FB
F
20
27.     
FC
F
20
28.     
FD
F
20
29.     
FE
F
20
30.     
GA
G
20
31.     
GB
G
20
32.     
GC
G
20
33.     
GD
G
20
34.     
GE
G
20
35.     
HA
H
30
36.     
HB
H
30
37.     
HC
H
20
38.     
HD
H
10
39.     
HA
H
30
Jumlah siswa tuntas = 0 , persentase ketuntasan = 0 %
Hasil  perolehan hasil post- test pada siklus 1 dapat digambarkan sebagai berikut :




Tabel 4.6. Daftar Nilai Post Test Siklus 1
No
Nama
Kelompok
Nilai Post - Test
1.     
AB
A
60
2.     
AC
A
60
3.     
AD
A
50
4.     
AE
A
60
5.     
BA
B
60
6.     
BB
B
60
7.     
BC
B
60
8.     
BD
B
70
9.     
BE
B
70
10.  
CA
C
70
11.  
CB
C
70
12.  
CC
C
60
13.  
CD
C
50
14.  
CE
C
50
15.  
DA
D
50
16.  
DB
D
60
17.  
DC
D
60
18.  
DD
D
60
19.  
DE
D
50
20.  
EA
E
50
21.  
EB
E
50
22.  
EC
E
60
23.  
ED
E
60
24.  
EE
E
70
25.  
FA
F
60
26.  
FB
F
60
27.  
FC
F
50
28.  
FD
F
50
29.  
FE
F
60
30.  
GA
G
60
31.  
GB
G
60
32.  
GC
G
50
33.  
GD
G
50
34.  
GE
G
50
35.  
HA
H
50
36.  
HB
H
50
37.  
HC
H
50
38.  
HD
H
40
39.  
HA
H
50
Jumlah siswa tuntas = 23 persentase ketuntasan = 58,97 %

Setelah selesai pembelajaran siswa mengisi angket sikap siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan NHT.


Tabel 4.7. Persentase Sikap Siswa terhadap Pembelajaran NHT siklus 1
No.
Indikator
Persentase
1
Senang mengikuti pembelajaran
87,18
2
Sulit memahami materi
76,92
3
Tertantang dengan tugas yang diberikan
38,46
4
Diskusi kelompok bermanfaat
82,05
5
Waktu pembelajaran efektif
25,64


4.  Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan hasil analisis nilai tes serta wawancara informal dengan siswa pada  siklus 1 diperoleh refleksi pembelajaran sebagai berikut :
1.    Perencanaan waktu kurang tepat.  Pada pelaksanaannya siswa membutuhkan waktu yang cukup lama untuk berdiskusi dan presentasi.
2.    Pengaturan tempat duduk mempengaruhi situasi diskusi dan cukup memakan waktu dan melebihi target alokasi.
3.    Kurangnya buku sumber,
4.    Siswa memerlukan bimbingan dan motivasi individu atau kelompok,
5.    Guru perlu memberikan penjelasan formal secara keseluruhan materi untuk mempertegas pemahaman siswa untuk menghindari kesalahan konsep.
6.    Terdapat  41,03  % belum tuntas.  Pada siklus ini menunjukkan bahwa kelas belum tuntas, sehingga perlu ditingkatkan lagi.
7.    Saat diskusi dengan menggunakan teknik NHT, saat temannya salah dalam menjawab yang  menyebabkan nilai kelompoknya rendah disikapi dengan marah dan kadang adanya cemoohan.
8.    Guru kehabisan daftar pertanyaan, dan jumlah pertanyaan harus sesuai dengan jumlah kelompok.
Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar untuk merevisi sekenario pembelajaran pada sikus 1 untuk dilaksanakan pada siklus 2.

E.  Pelaksanaan Siklus 2
1.  Perencanaan
Pada siklus 2 kompetensi dasar yang akan dikuasai siswa adalah mendeskripsikan perkembangan sistem administrasi  Indonesia. Dengan Indikator :
1.1.2.  Mengidentifikasi wilayah administrasi Indonesia
1.1.3.  Mengidentifikasi perkembangan jumlah dan nama propinsi serta ibukota yang ada di Indonesia.
Pada siklus 2 ini Tahapan kegiatan  Siklus 2 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8. Rencana Tindakan Siklus 2
No.
Tahapan Kegiatan
Waktu
Kegiatan
1.
Kegiatan Awal/Pendahuluan

10 menit
·        Salam
·        Apersepsi dengan tanya jawab
·        Motivasi dengan memperlihatkan satu gambar ” puzle peta wilayah Indonesia”.
2.


3.



4.


5.















Kegiatan inti:

60 menit

-      Penjelasan singkat tentang materi perkembangan system administrasi Indonesia
-      Kemudian guru memberikan waktu siswa untuk duduk berkelompok, sesuai dengan kelompoknya pada siklus 1.
-      Setelah berkelompok, membahas lembar diskusi yang telah disiapkan oleh guru.
-      Diskusi kelas dengan cara pemanggilan nomor diri dari tiap anggota kelompok.
Saat penunjukkan anggota kelompok dilakukan dengan menyebutkan/ memanggil  nomor diri yang terdapat ditiap-tiap kelompok masing-masing. Seperti untuk kelompok satu silahkan bacakan hasil studi pustakanya tentang tenaga kerja dn seterusnya.
Saat diskusi kelas dipandu oleh guru membahas soal-soal yang terdapat dalam lembar diskusi dilakukan seperti cara diatas.Dan setiap jawaban benar diberi penghargaan skor dan dicatat sebagai skor kelompok masing-masing. Dan pembagian soal dibuat sesuai dengan jumlah kelompok siswa.
6.





7.
Kegiatan Akhir/ Penutup



15 Menit





15 Menit
·        Kelompok yang mempunyai nilai tertinggi diumumkan dan diberi pujian.
·        Membuat rangkuman
·        Memberi penguatan tentang materi yang telah diajarkan
·        Siswa mengikuti  Post Test
·        Penugasan

2.  Pelaksanaan
a.  Tahap Pembukaan  (10 Menit)
Pelaksanaan pembelajaran dimulai dengan presentasi kelas oleh guru, Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa.  Guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan materi dengan pembelajaran sebelumnya. Kemudian dilanjutkan dengan mempersilahkan bergabung dengan kelompoknya sesuai yang telah ditentukan sebelumnya. Test awal (pre-test) tidak dilakukan dengan asumsi nilai post test pada siklus 1 dijadikan hasil pre-test.
b.  Kegiatan Inti (40 Menit)
Siswa diberi penjelasan tentang materi secara sepintas, kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelompok membahas lembar diskusi yang telah disiapkan oleh guru dalam waktu 20 menit.  Kemudian siswa dibimbing oleh guru untuk berdiskusi membahas hal – hal yang berkaitan dengan materi diskusi dengan cara NHT selama 20 menit kemudian, yaitu dengan cara guru melemparkan pertanyaan kepada tiap kelompok dengan memanggil nomor diri dari masing-masing kelompok yang tergambar sebagai berikut :
Tabel  4.9 Data Sebaran Siswa Menjawab pada Siklus 2

No

Kelompok
No Diri siswa yang  menjawab/menanggapi
Jumlah
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
A
V

V


1

1


2
B


V

V


1

1
3
C

V

V


1

1

4
D
V
V



1
1



5
E


V

V


1

1
6
F
V


V

1


1

7
G

V

V


1

1

8
H

V

V


1

1


Setiap jawaban benar diberi skor  dan nilai perolehan kelompok terpampang di papan tulis.
c.  Kegiatan Penutup (25 menit)
Pada tahap ini guru menutup kegiatan dengan membuat rangkuman dan memberi penguatan pada materi sudah dipelajari dan kelompok yang memperoleh nilai tertinggi diberi pujian.  Kemudian siswa mempersiapkan untuk test akhir secara individu tertulis dengan soal yang sama dengan pre-test. Selama 10 menit . dan terakhir guru memberi tugas untuk pertemuan minggu depan.

3.  Observasi
Hasil  perolehan hasil post- test siklus 2 dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 4.10.  Daftar Nilai Post Test Siklus 2
No
Nama
Kelompok
Nilai Post - Test
1.     
AB
A
60
2.     
AC
A
80
3.     
AD
A
60
4.     
AE
A
60
5.     
BA
B
80
6.     
BB
B
60
7.     
BC
B
60
8.     
BD
B
60
9.     
BE
B
60
10.  
CA
C
80
11.  
CB
C
80
12.  
CC
C
100
13.  
CD
C
100
14.  
CE
C
60
15.  
DA
D
80
16.  
DB
D
80
17.  
DC
D
60
18.  
DD
D
80
19.  
DE
D
80
20.  
EA
E
60
21.  
EB
E
80
22.  
EC
E
80
23.  
ED
E
60
24.  
EE
E
80
25.  
FA
F
60
26.  
FB
F
60
27.  
FC
F
60
28.  
FD
F
60
29.  
FE
F
80
30.  
GA
G
80
31.  
GB
G
60
32.  
GC
G
70
33.  
GD
G
70
34.  
GE
G
90
35.  
HA
H
80
36.  
HB
H
70
37.  
HC
H
80
38.  
HD
H
50
39.  
HA
H
70
Jumlah siswa tuntas = 38 prosentase ketuntasan = 97,44 %
Setelah selesai pembelajaran siswa mengisi angket sikap siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan NHT.

Tabel 4.11 Persentase Sikap Siswa terhadap Pembelajaran NHT
siklus 2
No.
Indikator
Persentase
1
Senang mengikuti pembelajaran
100
2
Sulit memahami materi
64,10
3
Tertantang dengan tugas yang diberikan
53,85
4
Diskusi kelompok bermanfaat
100
5
Waktu pembelajaran efektif
15,38

4.  Refleksi
Pengaturan waktu masih ada yang tidak tepat namun secara umum pengaturan waktu masih terjaga sesuai dengan perencanaan.  Banyaknya siswa yang tuntas belajar adalah mencapai   97,44  %, sehingga tindakan pada pembelajaran ini dapat dikatakan berhasil.

4.2.  Pembahasan
Sebelum pembelajaran dilaksanakan, guru membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari 5 orang.  Pembagian kelompok disesuaikan dengan heterogenitas kepintaran dan jumlah laki-laki dan perempuan secara seimbang. Penyusunan kelompok sebelum pelaksanaan pembelajaran dapat mengefektifkan waktu dan siswa dapat mengenal siswa lain dalam kelompoknya terlebih dahulu. Adanya kesulitan dan kegaduhan saat pembuatan kelompok, sehingga seringkali memakan waktu yang cukup lama dan kurang diperhitungkan dari segi waktu.  Serta adanya keinginan siswa untuk bergabung sesuai keinginan masing-masing karena adanya faktor suka dan tidak suka, sehingga saat pengelompokkan terjadi banyak protes.
Pembelajaran dengan teknik NHT yang telah dilaksanakan menggunakan urutan :
1.  Pembukaan, terdiri dari presentasi secara klasikal oleh guru dalam rangka mempersiapkan siswa pada kondisi untuk belajar. Pada pembukaan ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran, cara penilaian, motivasi, apersepsi materi dan mengaitkan materi dengan materi sebelumnya.
2.  Inti pembelajaran,  diawali dengan penjelasan singkat tentang materi pembelajaran sistem administrasi Indonesia. Kemudian siswa duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing untuk berdiskusi membahas lembar kerja siswa dan guru menjelaskan pembagian tugas dalam kelompoknya masing-masing dan bagaimana cara menguasai seluruh hasil diskusi untuk dapat dikuasai oleh masing-masing dengan cara saling memberi dan saling menerima informasi atau jawaban yang didapat.  Dalam penelitian ini peneliti kesulitan dalam memobilisasi siswa dalam menyusun kelompok karena ukuran meja kursi cukup besar sehingga memakan waktu untuk dipindahkan dan suara yang gaduh.  Didalam kelompok siswa dituntut untuk menyelesaikan masalahnya didalam kelompok terlebih dahulu baru kemudian meminta bantuan kepada guru.  Siswa dimotivasi untuk mengembangkan keterampilan kooperatif didalam kelompoknya. Pada siklus 1 siswa masih menunjukkan sikap ragu-ragu dan malu-malu, namun pada siklus berikutnya diskusi dalam kelompok sudah mulai tampak berjalan dengan sendirinya, campur tangan guru sudah sedikit mulai berkurang. 
Pada saat diskusi kelas dengan cara pemanggilan nomor diri siswa dalam tiap kelompok yang merupakan kegiatan pokok dalam teknik NHT ini pada siklus 1 pada awal kegiatannya masih belum menampakkan kesiapan setiap siswa, terkadang siswa lupa nomor diri masing-masing namun pada siklus berikutnya siswa mulai terbiasa dan umumnya telah siap dengan pemanggilan nomor dirinya masing-masing. Dengan menggunakan model NHT, yaitu pada saat pemanggilan siswa diatur secara acak dengan pemanggilan nomor diri, membuat seluruh anggota merasa untuk selalu siap.  Kondisi ini membuat siswa yang tadinya kurang berani karena takut salah menjawab menjadi dipaksa untuk menjawab meskipun salah.  Disamping itu pula termotivasi untuk memperoleh nilai kelompok yang  tinggi , dengan memberikan skor bagi kelompoknya bagi jawaban yang benar.
3.  Penutup,  yaitu guru mengumumkan kelompok yang memperoleh skor kelompok tertinggi. Dengan adanya reward untuk kelompok yaitu dengan pemberian nilai /skor buat kelompok membuat kebanggaan tersendiri buat pribadinya dan memberikan motivasi untuk berani menjawab/menanggapi pertanyaan meskipun jawaban atau tanggapannya masih banyak kekurangan atau salah. Namun hal tersebut bukan tujuan dari penelitian ini.  Selanjutnya guru mengajak para siswa untuk membuat rangkuman bersama-sama sambil memberikan penegasan pemahaman siswa dan untuk menghindari kesalahan konsep. Dan diakhir kegiatan diadakan post tes
Dari data yang diperoleh adanya pengaruh yang signifikan penggunaan model number head together terhadap keinginan siswa untuk menjawab atau menanggapi pertanyaan yang  dilemparkan, yang diatur terstruktur sesuai dengan jumlah pertanyaan yang ada. Hal ini dilakukan berdasarkan sintaks kegiatan NHT sendiri dalam rangka membangun tanggung jawab individu terhadap kelompok dan kesempatan yang sama untuk sukses yang merupakan karakteristik utama dalam pembelajaran kooperatif (Anita Lie,2002).  Diakhir kegiatan diberikan penghargaan kelompok yang memperoleh skor tertinggi dalam kelompoknya dalam menjawab soal yang benar diberikan penghargaan buat kelompoknya sebagai team reward yang juga merupakan karakteristik utama pembelajaran ini.
Pada penelitian ini  juga tampak adanya perubahan hasil penelitian yang dapat dilihat dari  selisih hasil secara umum pada pre-test dan post test yang dihasilkan para siswa dengan kenaikan rata-rata  35 pada siklus 1 dan 15 pada siklus 2 seperti dapat dilihat dari data dibawah ini.

Tabel 4.12 Perbandingan Nilai Test

No
Nama
Kel
Siklus 1
Siklus 2
Kenaikkan
Nilai Pre - Test
Nilai post-test
Post test
Siklus 1
Siklus 2
1.          
AB
A
20
60
60
40
0
2.          
AC
A
20
60
80
40
20
3.          
AD
A
20
50
60
30
10
4.          
AE
A
30
60
60
30
0
5.          
BA
B
40
60
80
20
20
6.          
BB
B
30
60
60
30
0
7.          
BC
B
20
60
60
40
0
8.          
BD
B
20
70
60
50
-10
9.          
BE
B
30
70
60
40
-10
10.      
CA
C
30
70
80
40
10
11.      
CB
C
20
70
80
50
10
12.      
CC
C
30
60
100
30
40
13.      
CD
C
10
50
100
40
50
14.      
CE
C
20
50
60
30
10
15.      
DA
D
20
50
80
30
30
16.      
DB
D
10
60
80
50
20
17.      
DC
D
20
60
60
40
0
18.      
DD
D
20
60
80
40
20
19.      
DE
D
20
50
80
30
30
20.      
EA
E
10
50
60
40
10
21.      
EB
E
20
50
80
30
30
22.      
EC
E
30
60
80
30
20
23.      
ED
E
20
60
60
40
0
24.      
EE
E
20
70
80
50
10
25.      
FA
F
20
60
60
40
0
26.      
FB
F
20
60
60
40
0
27.      
FC
F
20
50
60
30
10
28.      
FD
F
20
50
60
30
10
29.      
FE
F
20
60
80
40
20
30.      
GA
G
20
60
80
40
20
31.      
GB
G
20
60
60
40
0
32.      
GC
G
20
50
70
30
20
33.      
GD
G
20
50
70
30
20
34.      
GE
G
20
50
90
30
40
35.      
HA
H
30
50
80
20
30
36.      
HB
H
30
50
70
20
20
37.      
HC
H
20
50
80
30
30
38.      
HD
H
10
40
50
30
10
39.      
HA
H
30
50
70
20
20
rata-rata
22
57
71
35
15


Gambar 4.1 Grafik Rata-Rata Pre Test dan Post Test siklus 1 dan 2
Hasil belajar siswa dari aspek pengetahuan yang menggambarkan keterserapan materi oleh siswa diukur dengan tes dan nilai tes ini menentukan ketuntasan belajar siswa. Dalam penelitian ini telah tercapai ketuntasan belajar pada siklus 2 yaitu sebesar 97,44 % berarti terdapat 97,44 % siswa yang hasil belajarnya meningkat. Artinya teknik NHT cukup memberikan pengaruh yang positif terhadap hasil belajar siswa secara umum dengan meningkatkan perolehan rata-rata kelas baik itu siklus 1 dan siklus 2. khusus untuk siklus 2 peningkatan cukup besar, hal ini disebabkan adanya tingkat pemahaman siswa terhadap cara belajar dengan teknik NHT. 
Selain itu pula hal yang mendukung peningkatan hasil belajar siswa diantaranya adanya  keinginan siswa untuk menjawab pertanyaan dan memberikan  tanggapan.  Siswa yang berusaha menjawab dan memberikan tanggapan  berarti menggunakan pikirannya untuk mempelajari sesuatu.  Siswa yang berpikir dengan mencoba menjawab dan memberikan tanggapan, sudah dalam kondisi belajar .  Dalam kondisi ini guru telah berhasil mengorganisasi atau menciptakan suatu kondisi lingkungan yang baik untuk terjadinya  belajar pada diri siswa.  Semakin banyak siswa yang berusaha menjawab,  berarti semakin banyak siswa yang berfikir atau belajar , artinya semakin optimal pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Hal inilah yang menjadi harapan dan keinginan setiap guru dalam membawakan pembelajarannya didalam kelasnya.  Pada kondisi ini telah terjadi perubahan tingkah laku dari siswa yang tadinya malu dan takut untuk berusaha menjawab dan menanggapi, maka menurut Bower dan Hilgard (1981) dalam Paulina Panen ; bahwa siswa tersebut telah “belajar” dari segi  ketrampilan sosial.
Sikap siswa terhadap pembelajaran IPS dengan topik Sistem Adminsitrasi di Indonesia dengan teknik NHT pada umumnya positif.  Dari wawancara secara informal dengan siswa, siswa merasa sedang berkompetisi memperoleh skor namun siswa juga merasa khawatir jika nilai kelompoknya rendah. Bagi siswa diskusi kelompok sangat bermanfaat karena siswa terlatih untuk berani menjawab, bertanya dan menumbuhkan rasa solidaritas.  Guru juga merasa lebih santai dalam mengajar meskipun harus membimbing siswa dalam kelompok.  Beberapa siswa mengeluhkan adanya siswa yang masih malu dalam berdiskusi sehingga membuat kelompok tidak menarik. Jika hal ini terjadi sebaiknya ada kesadaran saling mendorong untuk berpartisipasi.
Perbandingan persentase pernyataan siswa terhadap pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.13. Perbandingan Persentase Sikap Siswa terhadap NHT
No.
Indikator
Siklus 1
Siklus 2
1
Senang mengikuti pembelajaran
87,18
100
2
Sulit memahami materi
76,92
64,10
3
Tertantang dengan tugas yang diberikan
38,46
53,85
4
Diskusi kelompok bermanfaat
82,05
100
5
Waktu pembelajaran efektif
25,64
15,38
BAB V  SIMPULAN DAN SARAN
5.1.  Simpulan
Dari hasil pengamatan pada  pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajan NHT siswa kelas VI pada pembahasan materi IPS tentang ”Perkembangan Sistem Administrasi di Indonesia” dapatlah ditarik beberapa simpulan sebagai berikut :
1.         Pembelajaran dengan menggunakan NHT memberikan pengaruh pada hasil belajar siswa dengan peningkatan  rata-rata 35 pada siklus 1 dan 15 pada siklus yang kedua, dan ketuntasan belajar klasikal sebesar 97,44 %.
2.         Selain itu pula pada pembelajaran dengan menggunakan strategi NHT ini memberikan pengaruh pula terhadap aspek afektif siswa yaitu berkembangnya keterampilan kooperatif dengan gambaran sebagai berikut:
a.    Penggunaan teknik NHT dalam diskusi dapat memberikan pengaruh kepada siswa untuk berani menjawab dan  menanggapi pertanyaan sehingga kegiatan belajar lebih heterogen dan seimbang dengan banyaknya siswa yang berusaha menjawab dan memberikan tanggapan atau monopoli menjawab sudah berkurang. Hal itu seperti yang tampak pada siklus kegiatan ke-2 kegiatan diskusi dengan tidak menunjuk nomor dari tiap kelompok secara acak tapi dengan membiarkan tunjuk tangan sendiri dari tiap kelompok. Tampak adanya keinginan siswa yang tadinya kurang adanya  keinginan menjawab  ada perubahan dan keinginan untuk berusaha menjawab.
b.    Dengan pengondisian pembelajaran dengan strategi NHT memberikan dampak kepada para siswa dalam hal kepercayaan diri yang tampak dari keberanian siswa dalam menjawab dan menangapi pertanyaan sehingga kecakapan  hidup dapat terbentuk dalam diri siswa.

5.2.  Saran
Guna lebih memantapkan kembali tentang pentingnya belajar dan pembelajaran dari hasil pengamatan penggunaan teknik NHT ini penulis menyarankan  :
a.    Untuk mengatasi permasalahan dalam tahap pengelompokkan diperlukan latihan dan pembiasaaan pada siswa, seringkali karena baru pertama banyak kejadian diluar dugaan.
b.    Ukuran ruang kelas, jenis kursi dan banyaknya siswa perlu dipertimbangkan agar proporsional, sehingga memudahkan mobilitas siswa dalam perpindahan kelompok.
c.    Bobot materi sebagai tugas siswa disesuaikan dengan kemampuan siswa agar diskusi tidak menghabiskan banyak waktu.
d.    Guru lebih banyak terlibat dalm bimbingan kelompok, sehingga untuk proses penilaian atau pengamatan diperlukan seorang atau dua orang pengamat.
e.    Teknik NHT bukanlah satu-satunya teknik dalam pembelajaran kooperatif , sehingga perlu sekali kita mempelajari dan menggunakan teknik lainnya untuk menghindari kejenuhan dalam proses pembelajaran. Penggunaan satu teknik secara berulang-ulang dapat membuat siswa bosan, sehingga kita perlu membuat variasi atau trik-trik tertentu dalam memberikan sentuhan dan gaya dalam suatu kegiatan pembelajaran.
f.      Dalam hal pengamatan keterampilan sosial yang tampak seperti keberanian sangat diperlukan siswa sebagai bekal keterampilan sosial (skill life) dan kecakapan personal (personal skill) dan sangat berguna dalam hidup dan penghidupan siswa perlu adanya penelitian yang lebih lanjut dan mendalam.
g.    Dan model NHT ini tidak hanya dapat digunakan pada mata pelajaran IPS saja, namun sepertinya semua mata pelajaran dapat menggunakan pola ini sebagai upaya meningkatkan mutu pembelajaran mata pelajaran masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie. (2002). Cooperative Learning (Mempraktikan Cooperative learning diruang-ruang kelas). Jakarta : Gramedia Widiasarana.

Bobbi DePorter, Mark Raerdon, Sarah S. Nourie. (2001). Quantum Teaching. Bandung:  Kaifa.

Indrawati. (2007).  Pembelajaran Kooperatif. Bandung : PPPPTK IPA.
Popy K, Devi, (2007). Model Pembelajaran Kooperatif. Bandung : PPPPTK IPA.

Paulina Panen.  2004. Belajar dan Pembelajaran I. Jakarta: Universitas Terbuka.







= Baca Juga =



1 Comments

Previous Post Next Post