Contoh Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pada Mata Pelajaran PAI SD

LAPORAN PTK ATAU PENELITIAN TINDAKAN KELAS PAI SD


BAB I PENDAHULUAN
1.1.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan Agama Islam adalah Usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan Agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati Agama Islam dalam hal hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional (Depdikud, 1996 : 5).


    
Tujuan pendidikan Agama Islam pada Sekolah dasar adalah memberikan kemampuan dasar kepada siswa tentang Agama Islam untuk mengembangkan kehidupan beragama, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT (Depdikud, 1996 : 6).   
    Salah satu materi pokok pendidikan Agama Islam di Sekolah dasar adalah ibadah yang didalamnya terdapat pokok bahasan berwudhu. Berwudhu adalah suatu pekerjaan bersuci untuk menghilangkan hadast kecil. 
    Di SDN Ujung Kulon 2 Kec. Ujung Kulon kelas 2 A, belum mampu melakukan berwudhu dengan benar, karena belum memiliki pengetahuan dan kurangnya minat belajar siswa dalam pendidikan agama islam khususnya pada keterampilan berwudhu. Oleh karena itu Penulis sebagai guru agamanya berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memberikan pembelajaran tersebut kepada siswa kelas 2 SDN Ujung Kulon 2 , sehingga dengan diberikan pelajaran ini diharapkan para siswa mampu melaksanakan berwudhu dengan baik dan benar.
    Pembelajaran berwudhu ini penulis berikan pada semester 2 dengan 2 siklus (4 kali pertemuan) yaitu tanggal 27 Januari dan tanggal 3, 10, 17 Februari 2010. Pada siklus 1 penulis mencoba memberikan pembelajaran berwudhu dengan metode demonstrasi di dalam kelas.
        Metode Demonstrasi adalah suatu cara mengajar dengan mennyajikan bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu 
proses, situasi atau benda tertentu yang sedang di pelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering di sertai dengan penjelasan lisan.  
         Sedangkan pada siklus ke 2 menggunakan metode yang sama, namun pelaksanaanya dilakukan di luar kelas. Dalam hal ini Penulis membawa siswa untuk praktek wudhu yang tempatnya masih di lingkungan komplek SDN Ujung Kulon 2 .    
    Setelah selesai pembelajaran baik dalam siklus 1 maupun siklus 2 langsung diadakan tes akhir dan di analisis serta diperbandingkan antara kedua tes tersebut, untuk mengetahui perbandingan tingkat keberhasilan kedua siklus tersebut. 
Bertolak dari uraian  diatas, penulis mencoba untuk membahasnya dalam bentuk karya tulis dengan judul “Meningkatkan Minat Belajar Siswa Melalui Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Tentang keterampilan berwudhu di kelas 2 SDN Ujung Kulon 2 Tahun Pelajaran 2011/2012”. 

1.2.    Identifikasi Masalah 
Masalah dalam penelitian ini dapat di identifikasikan sebagai berikut :
1.    Kemampuan siswa dalam hal keterampilan berwudhu masih kurang.
2.    Kurang minat siswa terhadap pembelajaran PAI dalam hal berwudhu.
3.    Pengguanaan metode kurang tepat.  
4.    Sarana dan prasarana yang kurang memadai

1.3.    Batasan Masalah
    Dalam penelitian tindakan kelas ini penulis membatasi permasalahan yang diteliti, yakni berkaitan dangan keefektifan metode demonstrasi dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. 

1.4.      Rumusam Masalah
        Bertolak dari identifikasi  masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka masalah yang akan dikaji dalam karya tulis ini dirumuskan sebagai berikut : 
1.    Sejauh mana efektivitas metode demonstrasi untuk menyampaikan materi pembelajaran keterampilan berwudhu di kelas 2 SDN Ujung Kulon 2 ?
2.    Apakah metode demonstrasi dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa?
3.    Faktor-faktor apa sajakah yang mendorong  keefektifan metode demonstrasi dalam pembelajaran keterampilan berwudu di kelas 2 SDN Pandeglang3?

1.5.    Tujuan Penelitian
    Setiap usaha  yang dialakukan adalah untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan yang telah ditetapkan akan turut menentukan dalam upaya bagaimana cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. 
    Adapun tujuan yang ingin di capai oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 
1.    Untuk mengetahui keefektifan metode demonstrasi dalam meningkatkan minat    belajar siswa terhadap keterampilan berwudhu di kelas 2 SDN Ujung Kulon 2. 
2.    Untuk mengetahui kelebihan metode demonstrasi dalam meningkatkan minat siswa pada pembelajaran keterampilan berwudhu.
3.    Untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan pembelajaran berwudhu di kelas 2 SDN Ujung Kulon 2 .  

1.6.       Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diperoleh dalam karya tulis ini adalah :
1.    Bagi siswa, mereka mendapat ilmu pengetahuan yang meningkatkan dalam tata cara berwudhu. 
2.    Bagi guru PAI di SDN Ujung Kulon 2 dapat mengetahui keefektifan metode demonstrasi dalam menyampaikan pembelajaran berwudhu.
3.    Bagi sekolah, sebagai sumbangan pemikiran yang kiranya dapat bermanfaat bagi kemajuan sekolah.


BAB II LANDASAN TEORI
2.1.    MINAT
2.1.1.  Pengertian Minat
    Minat adalah keinginan yang kuat atau kecenderungan hati yang sangat tinggi terhadap sesuatu.
    Hal ini diuraikan oleh (Zul Fajri, dkk, tt : 568) “Minat adalah keingingan yang kuat atau kecenderungan hati yang sangat tinggi terhadap sesuatu.

2.1.2.     Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kurangnya Minat
            Diantara sebab-sebab yang dapat mengakibatkan tidak adanya minat :
1.      Tidak tahu tujuan dan manfaatnya.
2.    Sikap guru yang kurang mendukung dalam membangkitkan minat belajar.
3.    Kondisi lingkungan yang cenderung konsumeristis sehingga tujuan belajar cenderung untuk mencapai sukses yang bersifat kebendaan nyata, tetapi lupa bahwa nilai-nilai penting dalam mendukung pencapaian sukses di bidang kerja atau hidup di masyarakat banyak di tentukan oleh pengetahuan dan pola pikir. 
        Hal ini sebagaimana diuraikan oleh (Heri Sukarman, 2003 : 24) sebagai berikut : 
            Diantara sebab-sebab yang dapat mengakibatkan tidak adanya minat, diantaranya sebagai berikut :
1.    Tidak tahu tujuan dan manfaatnya.
2.    Sikap guru yang kurang mendukung dalam membangkitkan minat belajar.
3.    Kondisi lingkungan yang cenderung konsumeristis sehingga tujuan belajar cenderung untuk mencapai sukses yang bersifat kebendaan nyata, tetapi lupa bahwa nilai-nilai penting dalam mendukung pencapaian sukses di bidang kerja atau hidup di masyarakat banyak di tentukan oleh pengetahuan dan pola pikir. 




2.1.3.    Cara Membangkitkan Minat Belajar Siswa
        Minat merupakan salah satu kunci utama untuk memperlancar dan menggairahkan siswa dalam mempelajari sesuatu. Banyak siswa kurang senang belajar suatu pelajaran karena tidak ada minat.
        Berikut ini penulis kemukakan beberapa hal yang dapat membangkitkan minat belajar siswa, sebagai berikut :
        Cara guru dalam membangkitkan belajar siswa yaitu :
1.    Usahakan agar tujuan pelajaran jelas dan menarik, Karena semakin jelas tujuannya semakin kuat motivasinya.
2.    Guru harus antusias dalam mempelajari tugasnya sebagai guru.
3.    Ciptakan suasana yang sejuk dan menyenangkan.
4.    Libatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.
5.    Hubungkan pelajaran dengan kebutuhan siswa.
6.    Usahakanlah banyak memberi penghargaan dan pujian dari pada menghukum dan mencela.
7.    Berikan pekerjaan rumah (PR) sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
8.    Berikan kejelasan setiap hasil belajar siswa.
9.    Hargailah hasil kerja siswa.
10.    Berikan kritik dengan senyuman.
        Hal ini sebagimana di jelaskan oleh (Herry Sukarman, 2003 : 24) Cara membangkitkan minat belajar siswa antara lain sebagai berikut : 
1.    Usahakan agar tujuan pelajaran jelas dan menarik, Karena semakin jelas tujuannya semakin kuat motivasinya.
2.    Guru harus antusias dalam mempelajari tugasnya sebagai guru.
3.    Ciptakan suasana yang sejuk dan menyenangkan.
4.    Libatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.
5.    Hubungkan pelajaran dengan kebutuhan siswa.
6.    Usahakanlah banyak memberi penghargaan dan pujian dari pada menghukum dan mencela.
7.    Berikan pekerjaan rumah (PR) sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
8.    Berikan kejelasan setiap hasil belajar siswa.
9.    Hargailah hasil kerja siswa.
10.    Berikan kritik dengan senyuman.






2.2.   Metode Pembelajaran 
         2.2.1.   Pengertian Metode
       Berikut ini penulis kemukakan beberapa pendapat para ahli :
a.    Menurut (Suprayekti , 2003 : 13) metode adalah cara guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu.
b.    Menurut (Depdikbud, 2000 : 63) metode adalah cara atau teknik yang digunakan oleh guru dalam mengelola proses belajar mengajar sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Dari kedua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
    2.2.2.   Bentuk-bentuk Metode 
           Metode pembelajaran pada hakikatnya merupakan komponen sistem pembelajaran. Sebagai komponen, metode hendaknya merupakan bagian integral dan harus sesuai dengan materi pembelajaran yang akan di sampaikannya sehingga tujuan pembelajaran akan berhasil dengan baik. Beberapa metode yang dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. 
Di bawah ini penulis kemukakan metode-metode yang biasa digunakan oleh guru yaitu :
1.    Metode Penugasan
2.    Metode Eksperimen
3.    Metode Proyek
4.    Metode Diskusi
5.    Metode Widyawisata
6.    Metode Bermain Peran
7.    Metode Sosio drama
8.    Metode Pemecahan Masalah
9.    Metode Tanya Jawab
10.    Metode Latihan 
11.    Metode Ceramah
12.    Metode Bercerita
13.    Metode Pameran
14.    Demonstrasi.
1.    Metode Penugasan merupakan suatu cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk lanngsung yang telah dipersiapkan guru sehingga siswa dapat mengalami secara nyata.
2.    Metode Eksperimen ialah suatu cara memberikan kesempatan kepada siswa, perseorangan atau kelompok, untuk melatih melakukan suatu proses secara mandiri.
3.    Metode Proyek adalah suatu cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghubungkan dan mengembangkan sebanyak mungkin pengetahuan yang telah diperoleh. 
4.    Metode Diskusi ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui wacana tukar pendapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh guna memecahkan suatu masalah.
5.    Metode Widyawisata ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran dengan membawa siswa langsung kepada obyek yang akan dipelajari yang terdapat diluar kelas atau di lingkungan kehidupan nyata.
6.    Metode Bermain Peran ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.
7.    Metode Sosio drama ialah cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan memainkan peran tertentu seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat (kehidupan sosial).
8.    Metode Pemecahan Masalah ialah suatu cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyadari suatu masalah, menelaah atau menganalisa masalah, merumuskan masalah, mengkaji alternatif pemecahan masalah dalam hal yang relevan dapat digunakan hipotesis, memilih alternatif pemecahan yang paling tepat atau menentukan diterima atau di tolaknya hipotesis, merupakan pemecahan masalah dan mengkaji ketepatan pelaksanaan alternatif pemecahan dengan kenyataan hidup. 
9.    Metode Tanya Jawab adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui berbagai bentuk pertanyaan yang di bawa oleh siswa. 
10.    Metode Latihan yaitu suatu metode yang diberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih melakukan suatu keterampilan tertentu berdasarkan penjelasan atau petunjuk guru. 
11.    Metode Ceramah adalah cara mengajar dengan pengajian materi melalui penuturan dan penerangan lisan guru kepada siswa.
12.    Metode Bercerita adalah suatu cara mengajar yang pada hakekatnya sama dengan metode ceramah karena informasi disampaikan melalui penuturan atau penjelasan lisan dari seseorang kepada orang lain.
13.    Metode Pameran ialah suatu cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan mengamati, menafsirkan, menerapkan dan mengkomunikasikan hal-hal yang di pelajarinya melalui suatu pameran yang diselenggarakan para siswa. 
14.    Metode Demonstrasi  
Hal ini dikemukakan oleh (Wahyu, W, Bakhtiar, 1986 : 23) sebagai berikut :   
1.    Metode Penugasan merupakan suatu cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk lanngsung yang telah dipersiapkan guru sehingga siswa dapat mengalami secara nyata
2.    Metode Eksperimen ialah suatu cara memberikan kesempatan kepada siswa, perseorangan atau kelompok, untuk melatih melakukan suatu proses secara mandiri
3.    Metode Proyek adalah suatu cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghubungkan dan mengembangkan sebanyak mungkin pengetahuan yang telah diperoleh.
4.    Metode Diskusi ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui wacana tukar pendapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh guna memecahkan suatu masalah
5.    Metode Widyawisata ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran dengan membawa siswa langsung kepada obyek yang akan dipelajari yang terdapat diluar kelas atau di lingkungan kehidupan nyata
6.    Metode Bermain Peran ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa
7.    Metode Sosio drama ialah cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan memainkan peran tertentu seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat (kehidupan sosial)
8.    Metode Pemecahan Masalah ialah suatu cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyadari suatu masalah, menelaah atau menganalisa masalah, merumuskan masalah, mengkaji alternatif pemecahan masalah dalam hal yang relevan dapat digunakan hipotesis, memilih alternatif pemecahan yang paling tepat atau menentukan diterima atau di tolaknya hipotesis, merupakan pemecahan masalah dan mengkaji ketepatan pelaksanaan alternatif pemecahan dengan kenyataan hidup.
9.    Metode Tanya Jawab adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui berbagai bentuk pertanyaan yang di bawa oleh siswa.
10.    Metode Latihan yaitu suatu metode yang diberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih melakukan suatu keterampilan tertentu berdasarkan penjelasan atau petunjuk guru.
11.    Metode Ceramah adalah cara mengajar dengan pengajian materi melalui penuturan dan penerangan lisan guru kepada siswa
12.    Metode Bercerita adalah suatu cara mengajar yang pada hakekatnya sama dengan metode ceramah karena informasi disampaikan melalui penuturan atau penjelasan lisan dari seseorang kepada orang lain
13.    Metode Pameran ialah suatu cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan mengamati, menafsirkan, menerapkan dan mengkomunikasikan hal-hal yang di pelajarinya melalui suatu pameran yang diselenggarakan para siswa.
14.    Metode Demonstrasi.
   
        Dari beberapa metode diatas, untuk menyampaikan materi pendidikan agama islam dalam hal keterampilan berwudhu penulis memilih metode demonstrasi yang kiranya cocok dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan. 
      2.2.3.   Pengertian Metode Demonstrasi
        Dalam mengartikan metode demonstrasi penulis kemukakan pendapat para ahli sebagai berikut : 
1.  Menurut (Saeful Bahri Djamrah, dkk, 1995 : 102)  “Metode Demonstrasi yaitu cara menyajikan bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang di pelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering di sertai dengan penjelasan lisan”. 
1.    Menurut (Mulyasa, 1997 : 32) “Demonstarsi merupakan suatu cara untuk menunjukan suatu proses, peristiwa atau kejadian kepada seseorang atau sekelompok orang”
2.     Menurut (Harsja, 1986 : 21) “Metode Demonstrasi adalah suatu cara mengajar dengan mempertunjukan sesuatu”
3.    Menurut (Djaurak Ahmad, 1994 : 26) “Metode Demonstrasi adalah suatu cara mengajar dengan mempertunjukan suatu benda atau cara kerja sesuatu”.
        Dari keempat pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa : Metode Demonstrasi adalah suatu cara mengajar dengan menyajikan bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang di pelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering di sertai dengan penjelasan lisan.    
2.2.4.    Kelebihan Metode Demonstrasi
Demonstrasi merupakan suatu cara untuk menunjukan suatu proses, peristiwa atau kejadian kepada sesorang atau sekelompok orang.  
Demonstrasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, nilai dari cara yang sederhana, yang sekedar untuk mentransmisikan pengetahuan kepada peserta didik, sampai kepada cara yang lebih rumit dan kompleks, yang dapat memecahkan suatu masalah dalam kehidupan seharu-hari termasuk keterampilan berwudhu pada siswa kelas 2 SDN Ujung Kulon 2 .
Dengan demikian maka metode demonstrasi sangat menunjang terhadap keberhasilan penerapan kurikulum dalam pembelajaran PAI tentang keterampilan berwudhu, karena metode demonstrasi memiliki berbagai fungsi yang menguntungkan untuk : 
a.    Memecakan masalah;
b.    Menerangkan, membuat jelas dengan analisis;
c.    Membuktikan, membenarkan dan meninjau kembali;
d.    Menunjukan suatu penerapan;
e.    Mengevaluasi hasil belajar, misalnya kemampuan peserta didik dalam mendemonstrasikan suatu prinsip atau konsep;
f.     Menciptakan masalah;
g.    Menunjukan cara-cara dan teknik mengajarkan sesuatu, dan
h.    Memperlihatkan alat-alat, benda-benda atau contoh-contoh bahan.
    Sejalan dengan uraian diatas (Mulyoso 1997 : 33) mengemukakan bahwa keuntungan metode demonstrasi adalah :
a.    Memecakan masalah;
b.    Menerangkan, membuat jelas dengan analisis;
c.    Membuktikan, membenarkan dan meninjau kembali;
d.    Menunjukan suatu penerapan
e.    Mengevaluasi hasil belajar, misalnya kemampuan peserta didik dalam mendemonstrasikan suatu prinsip atau konsep;
f.    Menciptakan masalah;
g.    Menunjukan cara-cara dan teknik mengajarkan sesuatu, dan
h.    Memperlihatkan alat-alat, benda-benda atau contoh-contoh bahan.

    Disamping itu metode demonstrasi memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut : 
a.    Demonstrasi bukan hanya dapat digunakan untuk menunjukan sesuatu yang bersifat mempertontonkan atau memberitahukan saja, melainkan dapat bersifat eksperimen. 
b.    Guru dapat mengarahkan cara berfikir peserta didik, serta merangsang mereka untuk berfikir kritis, analitis dan sintetis.
c.    Demonstrasi indukatif dapat melatih peserta didik mengembangkan keterampilan inquiri.
d.    Peserta didik dapat diarahkan untuk menemukan sendiri konsep-konsep atau prinsip-prinsip sesuai dengan tujuan kegiatan belajar mengajar.
e.    Demonstrasi dapat dilakukan, meskipun keadaan kurang memadai, baik alat, biaya maupun waktu. 
         Hal ini sebagaimana diuraikan oleh (Mulyoso, 1997 : 33) bahwa “Metode Demonstrasi memiliki kelebihan sebagai berikut : 
a.    Demonstrasi bukan hanya dapat digunakan untuk menunjukan sesuatu yang bersifat mempertontonkan atau memberitahukan saja, melainkan dapat bersifat eksperimen. 
b.    Guru dapat mengarahkan cara berfikir peserta didik, serta merangsang mereka untuk berfikir kritis, analitis dan sintetis.
c.    Demonstrasi indukatif dapat melatih peserta didik mengembangkan keterampilan inquiri.
d.    Peserta didik dapat diarahkan untuk menemukan sendiri konsep-konsep atau prinsip-prinsip sesuai dengan tujuan kegiatan belajar mengeajar.
e.    Demonstrasi dapat dilakukan, meskipun keadaan kurang memadai, baik alat, biaya maupun waktu. 






Selain itu (Saeful Bahri Djamroh, dkk, 1995 : 102) mengemukakan pula beberapa kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut :  
1.    Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit, sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata demi kata atau kalimat)
2.    Siswa lebih memahami apa yang dipelajari
3.    Proses pengajaran lebih menarik
4.    Siswa di rangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan dan mencoba melakukannya sendiri. 

2.3.     Pendidikan Agama Islam 
      2.3.1.    Pengertian Pendidikan Agama Islam
            Pendidikan adalah “Pengaruh, bimbingan, arahan dari orang dewasa kepada anak yang belum dewasa agar menjadi orang dewasa, mandiri dan memiliki kepribadian yang utuh dan matang. Kepribadian yang dimaksud adalah semua aspek yang ada sudah matang yaitu meliputi cipta, rasa dan karsa (Depdiknas, 2003 :5).
    Sedangkan pendidikan agama islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan, siswa dalam meyakini, menghayati dan mengamalkan agama islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama islam dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.
    Sejalan dengan uraian diatas, Achmad Djazuli dkk, 1995 : 5) mengemukakan bahwa “Pendidikan agama islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan, siswa dalam meyakini, menghayati dan mengamalkan agama islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama islam dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. 

2.3.2.    Fungsi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar
            Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar berfungsi sebagai berikut :
1.    Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. 
2.    Penyaluran, yaitu menyalurkan siswa yang ingin mendalami bidang agama islam agar mereka dapat berkembang secara optimal.
3.    Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan, kelemahan siswa dalam meyakini, pemahaman dan pengamalan ajaran agama islam dalam kehidupan sebari-hari.
4.    Pencegahan, yaitu menangkal hal-hal yang negatif dari lingkungannya atau dari budaya asing yang dapat membahayakan dan menghambat perkembangan dirinya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
5.    Penyesuaian, yaitu untuk membentuk siswa agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran islam.
6.    Sumber nilai, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
7.    Pengajaran, yaitu menyampaikan pengetahuan keagamaan yang fungsional. 
            Hal ini sebagaimana di kemukakan oleh (Achmad Djazuli, 1996 : 7) sebagai berikut :  “Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar berfungsi sebagai berikut :
1.    Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. 
2.    Penyaluran, yaitu menyalurkan siswa yang ingin mendalami bidang agama islam agar mereka dapat berkembang secara optimal.
3.    Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan, kelemahan siswa dalam meyakini, pemahaman dan pengamalan ajaran agama islam dalam kehidupan sebari-hari.
4.    Pencegahan, yaitu menangkal hal-hal yang negatif dari lingkungannya atau dari budaya asing yang dapat membahayakan dan menghambat perkembangan dirinya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
5.    Penyesuaian, yaitu untuk membentuk siswa agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran islam.
6.    Sumber nilai, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
7.    Pengajaran, yaitu menyampaikan pengetahuan keagamaan yang fungsional. 





2.3.3.    Tujuan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar 
    Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu bidang studi yang diberikan di Sekolah Dasa dan menduduki uraian nomor satu serta merupakan program wajib yang mesti di ikuti oleh setiap siswa yang beragama islam. 
    Tujuan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar adalah untuk memberikan kemampuan dasar kepada siswa tentang agama islam untuk mengembangkan kehidupan beragama, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia sebagai pribadi, anggota masyarakat,warga Negara sserta untuk mengikuti pendidikan pada sekolah lanjutan tingkat pertama. 
    Hal ini sebagaimana diuraikan oleh (Achmad Djazuli, 1996 : 6) “Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Dasar bertujuan memberikan kemampuan dasar kepada siswa tentang agama islam untuk mengembangkan kehidupan beragama sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga Negara serta untuk mengikuti pendidikan pada sekolah lanjutan tingkat pertama. 




2.3.4.    Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Dasar
    Secara umum ruang lingkup agama islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara :
a.    Hubungan manusia dengan Allah SWT
b.    Hubungan manusia dengan dengan sesama manusia
c.    Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
d.    Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.
Hal ini sebagaimana diuraikan oleh (Achmad Djazuli, 1995 : 8) sebagai berikut : “Ruang lingkup pendidikan agama islam meliputi :     
a.    Hubungan manusia dengan Allah SWT
b.    Hubungan manusia dengan dengan sesama manusia
c.    Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
d.    Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya”.

    Sedangkan ruang lingkup pendidikan agama islam pada sekolah dasar adalah : 
1.    Keimanan
2.    Ibadah
3.    Al-Qur’an
4.    Akhlak
5.    Muamalah
6.    Syariah
7.    Tarikh      (Achmad Djazuli, 1996 : 8)

        Salah satu diantara materi pendidikan agama di SD adalah ibadah yang di dalamnya terdapat pembelajaran berwudhu. Berikut ini penulis uraikan tentang berwudhu. 

        Wudhu
1.    Pengertian Wudhu
Wudhu menurut bahasa artinya bersih dan indah. Sedangkan menurut istilah penulis kemukakan beberapa pendapat para ahli : 
a.    Menurut (Moh. Rifa’I, 1978 : 63) “Wudhu adalah membersihkan anggota-anggota wudhu untuk menghilangkan hadas kecil”.
b.    Menurut (Ali As’ad : 1980) “Wudhu yaitu mempergunakan air untuk membasuh anggota-anggota badan tertentu yang dimulai dengan niat”.
    Dari kedua pengertian diatas dapat disampaikan bahwa wudhu adalah menggunakan air untuk membersihkan anggota-anggota badan dari hadast kecil yang di mulai dengan niat.    

2.        Fungsi Wudhu
            Wudhu adalah salah satu cara bersuci (thoharoh). Bersuci karena hadast hanya di bagian badan saja. Hadast ada dua macam, yaitu : hadast besar dan hadast kecil. Menghilangkan hadast besar dengan mandi atau tayamum dan menghilangkan hadast kecil dengan wudhu atau tayamum. 
            Bersuci dari najis berlaku pada badan, pakaian atau tempat. Cara menghilangkannya harus di cuci dengan air yang suci dan mensucikan. 
            Thoharoh merupakan masalah yang sangat penting dalam agama dan merupakan pangkal pokok dari ibadah yang menjadi penyongsong bagi manusia dalam menghubungkan diri dengan Tuhan. 
            Shalat tidak sah bila tidak thoharoh (bersuci), salah satu cara bersuci untuk dapat melaksanakan shalat adalah berwudhu. Dengan demikian, bahwa berwudhu adalah berfungsi menghilangkan hadast kecil, untuk dapat melaksanakan shalat. 

2.4.      Hipotesis Tindakan
        Hiputesis tindakan merupakan jawaban sementara  berupa taindakan atau rumusan permasalahan yang ditetapkan  dalam perencanaan penelitian tindakan kelas. Hipotesis tindakan dalam  PTK  ini adalah :  
“Apabila penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran dapat berjalan dengan efektif, maka minat dan hasil belajar siswa akam meningkat”.
                                

BAB III METODE PENELITIAN

3.1.  Objek Tindakan
            PenelitianTindakan Kelas ( PTK )  ini penulis lakukan pada kelas 2  SDN Ujung Kulon 2 , yaitu tempat penulis  menjalankan tugas dari pemerintah sebagai guru agama Islam .
        Jumlah siswa kelas 2   Sdn Ujung Kulon 2 tahun ajaran 2011/2012 ini sebanyak 41 orang yang terdiri dari laki-laki 24 orang dan perempuan 17 0rang. Semuanya ini penulis jadikan sebagai objek penelitian. 
3.1.      Setting Penelitian
             Setting penelitian tindakan kelas  yang penulis lakukan adalah sebagai berikut :
1. Lokasi Penelitian                            : SDN Ujung Kulon 2 
2. Subjek Penelitian( sampel )            : Siswa kelas II 
3. Materi pelajaran             : Keterampilan berwudhu 
4. Metode yang di gunakan         : Metode demonstrasi 
5. Media                 : a.  Media cetak (gambar orang yang 
                               Sedang berwudhu 
                          b.  Media obyek fisik ( tempat berwudhu 
                                SDN Ujung Kulon 2 
6. Semester Tahun Pelajaran         : Semester 2 / 2011/2012
7. Lingkungan fisik Sekolah         : Perkotaan
8. Latar belakang Sosial
    Ekonomi  orang tua siswa        : Menengah ke bawah 
9. Kemampuan Siswa             : Sedang 
10. Motivasi Belajar Siswa         : Rendah 
11. Nama Peneliti             : Guru bidang studi 
               (Fathoni, S.Pd.I )
12. Mitra Peneliti             : Guru Kelas (Iwan Somantri, S.Pd)
13. Jadwal Penelitian             : Terlampir    
3.3.   Persiapan Penelitian
            Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, oleh karenanya penelitian ini tidak di rencanakan sejak awal tetapi baru di rencanakan setelah hasil dari proses pembelajaran di rasakan adanya masalah ( kurang memuaskan ). Langkah-langkah persiapan setelah di rasakan adanya masalah yang perlu di pecahkan melalui PTK ini adalah : 
(1) Melakukan studi awal dengan melakukan refleksi, yakni kegiatan diskusi  dengan guru kelas ( mitra peneliti ) membahas permasalahan yang di temukan.
(2)  Membuat rencana tindakan, meliputi :
a.    Membuat rencana perbaikan pembelajaran 
b.    Membuat kesepakatan dengan mitra peneliti.
3.4.   Siklus Penelitian
Penelitian ini penulis lakukan dalam 2 siklus, siklus ke 1  dilaksanakan tanggal 27 Januari dan tanggal 3 Februari 2010, sedangkan siklus ke 2 dilaksanakan tanggal 10 dan 17 Februari 2010.
Adapun alur pelaksanaan penelitian dalam setiap siklus adalah : 
a)    Perencanaan tindakan 
b)    Pelaksanaan 
c)    Analisis dan refleksi 
3.5.   Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi dan catatan data lapangan, hasil tes dan catatan hasil refleksi/diskusi yang dilakukan oleh peneliti dan mitra peneliti. Penentuan teknik tersebut didasarkan ketersediaan sarana dan prasarana dan kemampuan yang dimiliki peneliti dan mitra peneliti
              Uraian lebih lanjut mengenai teknik-teknik pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut : 
a.    Observasi dan catatan data lapangan 
Observasi dalam kegiatan PTK merupakan kegiatan pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan guru ( peneliti) selama melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan ini dilakukan oleh pengamat yang dalam hal ini adalah mitra peneliti ( Dra. Ita Muliyawati ). Bentuk kegiatan observasi yang dilakukan dalam PTK ini menggunakan model observasi terbuka. Adapun yang dimaksud observasi terbuka adalah : Apabila pengamat atau observer melakukan pengamatannya dengan mencatatkan segala sesuatu yang terjadi di kelas. 
       Hasil pengamatan dari mitra peneliti , selanjutnya dijadikan catatan data lapangan. Hal ini sesuai dengan pendapat  ( Rochiati Wira Atmaja, 2005:125 ) yang menyatakan :  “Sumber informasi yang sangat penting dalam penelitian ini (PTK)  adalah catatan lapangan (field notes) yang dibuat oleh peneliti /mitr peneliti yang melakukan pengamatan ( observasi ).
b.    Kuesioner atau Angket
              Salah satu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data ini adalah kuesioner atau angket . Angket ini penulis berikan kepada kelas 2  A  SDN Ujung Kulon 2  dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana minat belajar siswa terhadap Pendidikan Agama (PAI)  tentang keterampilan berwudhu  dengan metode demonstras
c.    Hasil Tes
Hasil tes yang di maksud adalah hasil berupa nilai yang di peroleh melalui ujian post tes. Hasil ini dapat di jadikan bahan perbandingan antara hasil post tes terdahulu dengan hasil post tes berikutnya.
d.    Catatan hasil refleksi
Adapun yang di maksud catatab hasil refleksi adalah catatan yang diperoleh dari hasil refleksi yang di lakukan dengan melalui kegiatan diskusi antara peneliti dan mitra peneliti. Hasil refleksi ini selain di jadikan bahan dalam penyusunan rencana tindakan selanjutnya juga dapat di gunakan sebagai sarana untuk mengetahui telah tercapai tidaknya tujuan kegiatan penelitian ini.    
          
3.6.      Teknik Analisa Data
Analisa data dalam PTK ini di lakukan sejak awal artinya, analisis data dilakukan tahap demi tahap atau siklus demi siklus. Hal ini sesuai dengan pendapat ( Rochiati Wira Atmaja, 2005 : 139 )  bahwa “ ……...the ideal model for 
data collection and analysis is one that interweaves them form the beginning” Ini berarti model ideal dari pengumpulan data dan analisis adalah yang secara bergantian berlangsung sejak awal. 
    Kegiatan analisis data akan dilakukan mengacu pada pendapat (Rochiati Wira Atmaja, 2005 : 135 ) dengan melakukan catatan refleksi, yakni pemikiran yang timbul pada saat mngamati dan merupakan hasil proses membandingkan, mengaitkan atau menghubujgkan data yang di tampilkan dengan data sebelumnya.




= Baca Juga =



3 Comments

Previous Post Next Post